Pernah suatu kali seorang teman bertanya “kamu kenapa?”.
Kemudian aku hanya menjawab “nggapapa, aku ngantuk”. Jawaban seadanya yang
paling tepat diucapkan ketika harus menahan air mata yang bahkan sudah hampir
tergelincir dari pelupuk mata. Untung aja jawaban itu cukup rasional.
Seandainya aku jawab “aku laper banget”, mana mungkin dia percaya. Apa ada
orang laper sampai ingin mengeluarkan air mata, ketika baru saja makan siang
dan memakan camilan?
Ingin rasanya bisa menjawab pertanyaan “kamu kenapa?” dengan
jawaban “aku capek. Capek idup. Bosen, bosen idup”. Apa bisa? Tentu saja bisa,
hanya pada orang yang tepat.
Pada suatu sore, di momen yang nggak tepat aku sempet galau
seketika. Mikirin gimana saat pulang ke rumah nanti. Apa ibu marah kalau aku
pulang terlalu sore dan belum belajar buat ulangan matematika besok? Kalau ibu
tau pasti dia marah.
Aku udah bosen mikir kenapa setiap orang tua bangga ketika
anaknya mendapatkan nilai 100 pada pelajaran matematika tetapi tidak pada
pelajaran kesenian. Apakah kesuksesan seseorang dinilai dari nilai matematika
atau pelajaran akademik 100?! Atau seorang anak yang bisa menjadi dokter adalah
anak yang sukses, sedangkan seorang editor majalah atau chef bukan orang yang
sukses?! Tidak semua yang berkaitan dengan nilai akademik yang bagus itu
sukses. Karena kesuksesan setiap orang itu berbeda, setiap pemikiran orang itu
berbeda.
Ayah bangga kalau aku pulang sekolah membawa selembar kertas
ulangan matematika dengan nilai 100. Tapi apakah ayah bangga ketika aku membawa
lembaran kertas gambar dengan nilai 100? Tidak. Ayah Cuma bilang “wah bagus”.
Apakah “wah bagus” itu sebuah komentar yang sebanding dengan waktu yang terbuang
untuk menyelesaikan sebuah hasil gambar? Tentu saja jawaban itu saja sudah
lebih dari cukup.
Menurutku sukses itu bukan Cuma nilai matematika 100 bu,
tapi kepuasan pribadi ketika bisa menyelesaikan suatu pekerjaan baik itu
menyangkut nilai akademik atau bukan.
Sesaat aku berhenti menulis kemudian bertanya pada diri
sendiri “kamu kenapa?”. Dan aku hanya ingin menjawab pada diri sendiri “aku
sedih aja, aku cuma nggak pengen buat orang tuaku sedih. Aku cuma takut nggak
bisa bikin mereka bangga”.
No comments:
Post a Comment